Edisi 23, 17 Agustus 2020
Untuk mencapai hasil optimal seorang pemimpin perlu mengoptimalkan kinerja tim-nya, namun ternyata ternyata pemimpin yang sama bisa dinilai berbeda oleh satu staf dibanding staf lainnya, sehingga ini menarik minat sebagian peneliti kepemimpinan untuk mengembangkan teori LMX.
Dari berbagai penelitian yang dimulai oleh George B. Graen, dan tim (1975), ditemukan bahwa ternyata relasi antara pemimpin dan staf ini bisa membuat staf berada pada kedekatan yang berbeda dengan Pemimpin, yang kemudian dipilah dengan sebutan in-group & out-group. Teori ini dinamakan Leader Member Exchange Theory (LMX).
Bila terdapat hubungan yang saling menghargai, kepercayaan tinggi, dan pemenuhan kewajiban yang baik, maka staf tersebut akan cenderung masuk ke dalam In-group, sebaliknya bila ketiga hal tersebut rendah maka staf masuk ke dalam out-group. Mereka yang berada di in-group, umumnya diperlakukan dengan baik oleh atasannya, diperhatikan dan dilibatkan secara penuh dalam berbagai aktivitas penting di unit tersebut, sementara mereka yang berada di out-group, diperlakukan dengan lebih formal, bahkan bisa jadi cenderung otoriter oleh atasannya.
Pengelompokan tidak terjadi sepihak, misalnya, hanya karena favoritisme pemimpin, tetapi terjadi secara dinamis ketika terjadi interaksi antara pemimpin dan staf. Terbentuknya in-group mungkin disebabkan karena pemimpin mereka mereka mempunyai minat dan komitmen yang besar untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan yang diberikan padanya. Ataupun mereka yang mempunyai nilai-nilai dan sifat yang kurang lebih sama dengan atasan. Beberapa variabel yang bisa mempengaruhi staf in-group ataupun out-group adalah: frekuensi komunikasi, kesamaan nilai, karakteristik dari staf, kinerja, dan komitmen.
Tentunya penggambaran teori tentang in-group & out-group merupakan sebuah upaya mendeskripsikan dari berbagai hasil penelitian, bukan didasarkan pada kenyataan bahwa setiap pemimpin pasti melakukan hal tersebut. Mereka yang ada di in-group akan lebih terlibat dengan pekerjaannya, kinerjanya lebih baik dan lebih betah bekerja di dalam organisasi. Sebaliknya terjadi pada mereka yang di out-group.
Lalu apa yang perlu dilakukan oleh sang Pemimpin? Sayangnya teori LMX tidak memberikan resep yang jelas. Hal ini mungkin disebabkan karena apa yang dilakukan Pemimpin sangat bergantung dengan staf seperti apa yang dihadapi. Teori LMX hanya menyebutkan beberapa kualitas utama yang diperlukan Pemimpin: dapat dipercaya, di-respek, komitmen, bijaksana dan terbuka.
Pada prinsipnya Pemimpin memang diharapkan untuk mengupayakan semua anggota tim merasa in group, sehingga mereka bisa terlibat, berprestasi optimal dan dapat terbentuk kerja sama kelompok yang baik. Untuk itu, yang dibutuhkan tentu bukan perlakuan sama pada semua staf, tetapi pendekatan unik pada setiap staf, yang membuat mereka merasa sang Pemimpin cukup punya perhatian yang tulus pada mereka.
Lalu kaitannya dengan MTOP? Di dalam MTOP, pembinaan relasi yang baik merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pemimpin. Pembinaan relasi merupakan salah satu unsur dalam ‘plus’ yang penting. Kerangka berpikir LMX ini akan ikut membantu kita lebih memahami proses manajemen relasi pada saat nanti kita sampai pada pembahasan tersebut.