Edisi 22, 3 Agustus 2020
Setelah kelompok teori berorientasi sang Pemimpin, terdapat kelompok teori yang berorientasi pada relasi. Kelompok teori kepemimpinan ini menekankan pada pentingnya relasi antara pemimpin dan staf untuk mencapai hasil yang optimal. MTOP memasukan berbagai teori kepemimpinan di sini, diantaranya: LMX Theory, Transactional Leadership, Transformational Leadership & Servant Leadership.
Pembahasan mengenai kelompok teori ini akan memberikan perspektif bagi kita dalam memahami hubungan atasan dan bawahan yang juga akan kita bahas dalam Manajemen Relasi. Tentunya ke-empat teori di atas memberikan perspektif dan fokus yang berbada dalam membahas relasi Atasan dan Bawahan.
LMX (Leader Member Exchange Theory) akan lebih melihat dinamika reward & punishment dalam relasi tersebut yang menyebabkan bawahan berada ingroup atau outgroup. Sementara itu transactional & transformational memberikan perspektif diantaranya mengenai pemimpin yang mengandalkan pada reward ekstrinsik dalam mengarahkan tim (transactional) atau intrinsik (transformational). Perbedaan antara transaksional dan transformasional juga bisa dilihat dari fokusnya. Transaksional umumnya fokus pada terselesaikan tugas, karenanya pendekatan terhadap bersifat instrumental, melihatnya sebagai alat mencapai target. Sementara itu, fokus dari Transformasional adalah pada mengoptimalkan tim untuk bisa mencapai hasi, lebih dari yang mereka bayangkan sendiri.
Sementara itu pendekatan Servant Leadership hadir sebagai antitesis terhadap relasi atasan bawahan yang cenderung manipulated, padahal Robert Greenleaf, sang pencetus meyakini bahwa bila Atasan mengambil posisi sebagai ‘servant’ maka target untuk mengoptimasi keterlibatan dan kinerja tim akan lebih mungkin dicapai. Bisa kita katakan bahwa Servant Leadership merupakan kebalikan dari Great Man Theory.
Permasalahan dalam Servant Leadership tentunya adalah penekanannya yang tanpa reserve pada pemimpin dalam posisi mendukung. Kita tahu bahwa ada saat dimana pemimpin perlu mendahulukan tugas dan target dari pada tim. Servant Leadership meyakini dengan fokus pada ‘melayani’ pada akhirnya apa yang menjadi target perusahaan tetap akan dicapai. Dalam prakteknya memberlakukan prinsip ini dalam semua kondisi bagi semua bentuk relasi atasan bawahan di organisasi, terlihat sangat sulit, kalau tidak ingin dikatakan, mustahil.
Dalam kelompok teori kepemimpinan relasi ini, kita akan fokus pembahasan pada LMX & Transformational. Pembahasan teori yang lain, tidak akan menjadi suatu topik sendiri, tetapi akan sedikit banyak disinggung ketika kita melakukan perbandingan.
Mengapa tidak dilakukan pembahasan tersendiri terkait Servant atau Transactional? Pada Servant Leadership tampaknya terdapat banyak tafsir terhadap teori tersebut sehingga penulis sulit menemukan benang merahnya sedangkan pada transactional, apa yang disampaikan cukup straight forward apa yang menjadi fokus pembahasannya, sehingga tidak perlu menjadi topik bahasan tersendiri.