Edisi 03, 03 Februari 2020
Dalam organisasi modern, target sudah menjadi sesuatu hal yang sering dibahas. Tetapi sedikit orang yang memahami peran sentral target bagi organisasi. Modern Target Oriented Plus Leader, meyakini bahwa basis pertama dalam kepemimpinan dalam organisasi adalah memastikan target tercapai. Target mempunyai fungsi strategis bagi organisasi, bagi tim dan tentunya juga bagi leader. Kita akan membahas dalam seri tersendiri terkait peran strategis target tersebut.
Target oriented bisa juga disebut sebagai salah satu ciri utama dari kepemimpinan dalam organisasi. Dalam organisasi, goal utama kepemimpinan adalah target, bukan power, bukan popularitas. Kontribusi leader dalam organisasi dilihat dari pencapaian target.
Dua kata penting lainnya dalam MTOP Leader adalah: modern dan plus. Modern mengacu pada komitment untuk integrasi berbagai konsep modern terkait kepemimpinan. Berbagai konsep seperti neuroleadership dari David Rock, Radical Candor dari Kim Scott, perkembangan dalam area Positive Leadership dari Kim Cameron yang merupakan aplikasi Psikologi Positif pada Leadership, serta temuan Google mengenai bagaimana membuat tim yang efektif, menjadi sebagian konsep yang akan terus diintegrasikan ke dalam MTOP Leader.
Kata plus diperlukan untuk melengkapi konsep target oriented agar tidak jatuh pada tirani: sekedar mencapai target tanpa perduli akan hubungan dengan tim dan keberlangsungan pencapaian target dalam jangka panjang. MTOP Leader berusaha mengembangkan konsep yang bisa mencapai berbagai kepentingan stake holder yang ada, menyeimbangkan antara kepentingan jangka pendek dan panjang, juga menghargai sistem dan people dalam proses mencapai target, sehingga tidak hanya kinerja operasional yang dicapai, tetapi juga perbaikan sistem dan pengembangan tim/diri sendiri.
MTOP berangkat dari asumsi akan berjalannya organisasi secara ideal. Dimana terjadi penghargaan terhadap sistem dan manusia, perhatian terhadap proses sehingga kinerja dicapai dengan tidak merusakan sistem dan budaya.
Setiap konsep dan praktek manajemen yang ada, termasuk MTOP Leader, berangkat dari berbagai asumsi. Kita misalkan, ketika organisasi merasa cukup dengan pelatihan motivasi untuk meningkatkan agar karyawan lebih termotivasi, maka di dalamnya ada asumsi bahwa motivasi karyawan dapat dengan mudah ditingkatkan hanya dengan pelatihan. Sehingga tidak perlu perhatian terhadap berbagai kebijakan dan budaya organisasi.
Bagian dari sebuah organisasi ideal, tentunya juga berjalannya nilai-nilai profesional di dalam organisasi. Tidak dapat dipungkiri ada saat-saat, misalnya pada awal pendirian organisasi, pendekatan komand, sentralistik dan multi tasking diterapkan. Tetapi agar proses itu dapat berjalan dalam jangka panjang maka pergeseran ke arah pengembangan organisasi yang profesional perlu tetap diupayakan. Demikian awal pembeda antara MTOP Leader dengan konsep kepemimpinan lainnya. Elaborasi terhadap berbagai ciri di atas, ataupun ciri lainnya akan dibahas secara bertahap dalam berbagai artikel di blog ini. Sabar ya Bro….