Edisi 20, 6 Juli 2020
Antonakis, dkk, dalam artikelnya di Harvard Business Review, Juni 2012, yang berjudul “Learning Charisma”, mengemukan hasil penelitian tentang pentingnya karisma bagi seorang pemimpin, tidak hanya pemimpin politik tetapi juga pemimpin organisasi. Bila kita pikirkan lebih lanjut inti dari karisma sebetulnya adalah pengaruh. Seorang pemimpin karismatik adalah seorang pemimpin yang berhasil menggunakan dirinya untuk mempengaruhi orang lain. Dengan demikian, bila kita bisa memahami bagaimana cara ia membangun karismanya, kita bisa ‘menularkan’ itu pada orang lain. Begitulah pendekatan Kepemimpinan Karismatik tahap kedua ini.
Ciri pemimpin yang karismatik diantaranya adalah rasa percaya diri dan level enerji yang tinggi, kemampuan komunikasi, dan dalam konteks kepemimpinan yang etis, kesediaan untuk berkorban untuk pencapaian kepentingan yang lebih besar.
Kepemimpinan Karismatik cenderung menggunakan personal power lebih besar dari position power karenanya ia biasanya tepat diperlukan pada moment perubahan, dimana Pemimpin dengan kepercayaan diri dan enerjinya bisa meyakinkan dan menggerakan tim-nya ke arah yang diinginkan.
Bayangkan bila seorang Pemimpin mempunyai keterampilan untuk dapat membangun karisma dan meningkatkan pengaruhnya, ia akan menjadi pemimpin yang lebih efektif asal memahami kapan saat yang tepat untuk menggunakannya. Bahkan Antonakis dalam penelitiannya menemukan bahwa membangun karisma seorang pemimpin bisa jadi lebih efektif dan efisien dibanding memberikan bonus pada tim.
Antonakis menyebut berbagai taktik meningkatkan karisma dalam apa yang disebutnya sebagai Charismatic Leadership Tactis (CLT). CLT dikelompokannya atas 3 hal: retorika yang masuk akal dan powerfull, kredibilitas personal dan moral, serta kemampuan untuk mempengaruhi emosi dan passion tim.
Sebagian dari CLT memang terkait dengan kemampuan komunikasi, tetapi sebagian yang lain terkait dengan jati diri sang pemimpin. Bahkan bisa dikatakan sulit untuk mempengaruhi tim dengan retorika yang baik, bila kredibilitas pemimpin nol besar. Dalam MTOP, ini terkait dengan kemampuan pemimpin untuk menjalankan fungsinya dari true self-nya agar tim bisa merasakan ketulusan sang dalam mengintegrasikan kepentingan diri, tim dan organisasi. Tanpa dasar tersebut, maka cepat atau lambat, tim akan tahu bahwa mereka sedang diperalat untuk kepentingan sang pemimpin.
Tidak ada yang salah dengan karisma, sepanjang karisma tersebut digunakan untuk tujuan yang benar. Dengan demikian, untuk menjadi pemimpin yang baik, marilah kita belajar meningkatkan karisma, sehingga pengaruh kita menjadi lebih besar untuk kita pergunakan bagi kepentingan para pemegang kepentingan.
Sumber Utama:
John Antonakis on Ted Talk: https://www.youtube.com/watch?v=SEDvD1IICfE
Harvard Business Review: https://hbr.org/2012/06/learning-charisma-2