Wanted!!! Strong Leader

Wanted!!! Strong Leader

Edisi 08, 09 Maret 2020

Setiap individu, termasuk leader tentunya, dalam organisasi diberikan pekerjaan melalui deskripsi jabatannya, target, otoritas dan tanggung jawab.  Leader perlu paham mengenai hal tersebut dan menjaga kepentingan posisinya untuk bisa menjalankan tugasnya dan mencapai target.

                Bila ia masuk dalam organisasi yang tidak dikelola secara profesional.  Dalam waktu singkat, ia akan merasakan otoritasnya di-bypass, timnya ditekan oleh berbagai kepentingan yang ada, tugas dan targetnya di nomer sekiankan, dan seterusnya.  Pada saat inilah diperlukan awareness penuh akan kondisi yang ada dan kemudian menempuh cara yang tepat untuk tetap mempertahankan otoritasnya, melindungi timnya dan memastikan terpenuhinya tanggung jawab dan target yang ingin dicapai.

                Weak leader akan susah untuk membedakan antara kepentingan bos dengan kepentingan organisasi.  Bahkan ia cenderung meletakan kepentingan atasan sebagai yang utama dan pencapaian targetnya sekunder.

                Sebagian Anda mungkin bertanya, memang ada kepentingan atasan yang berbeda dengan kepentingan tim nya dan juga kepentingan organisasi?  Disinilah pentingnya kita mempunyai pemahaman yang jernih mengenai tugas dan target kita dan bagaimana integrasinya dengan kepentingan organisasi.  Dengan pemahaman itu kemudian Anda bisa membedakan antara kepentingan unit, atasan dan organisasi.  Bahkan lebih jauh lagi, Anda juga akan paham bahwa kepentingan Anda dan tim Anda bisa berbeda dengan kepentingan Unit, Atasan dan Organisasi.

                MTOP leader adalah leader yang kuat, leader yang profesional, syarat pertamanya, adalah berani menjaga efektivitasnya dalam mencapai target.  Ini bisa jadi syarat yang paling sulit karena dibutuhkan keberanian untuk mengedepankan pemenuhan fungsi unit yang dipimpinnya dan siap mempertaruhkan posisinya bila ia merasa tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

                Ini ibarat prajurit yang ada di medan tempur tidak mungkin bisa efektif bila ia tidak siap mengorbankan jiwanya dalam pertempuran.  Leader dalam organisasi, tidak seekstrim itu, tetapi kadang mereka juga menghadapi ‘pertempuran’ di dalam organisasi.  Tidak perlu sampai kehilangan nyawa memang, tetapi taruhan yang dihadapi bisa jadi terkesan sama beratnya, kehilangan pekerjaan dan kemampuan untuk memberi nafkah keluarga bila tidak segera ‘menyambung nyawa’ dengan berpindah kerja. 

                Leader ‘pengecut’ sama tidak efektifnya dengan prajurit yang begitu mendengar  desingan peluru langsung berlari dari medan tempur.  Jelas prajurit seperti ini tidak hanya membahayakan dirinya, tetapi juga membahayakan rekannya.

                Dalam konteks organisasi, leader seperti ini akan tampil plin-plan, bermain politik dan mencari selamat.  Akhirnya tim dikorbankan, keputusan tidak berani diambil dan ia hanya jadi politisi bukan performer.  Tidak ada staf yang senang dengan weak leader seperti ini.  Banyaknya weak leader di dalam organisasi bisa menjadi salah satu penanda awal kehancuran organisasi.

Leave a Reply

Close Menu