Edisi 17, 25 Mei 2020
Pembahasan kepemimpinan mulai ramai dibahas pada awal abad 20. Ada berbagai cara pengelolompokan teori kepemimpinan. Bila dilihat dari sejarah perkembangan teorinya, buku teks kepemimpinan yang ada umunya menyepakati 4 kelompok ini pada tahap awal sejarah: Great Man Theory, Sifat, Perilaku dan Situational.
Pertama adalah apa yang disebut sebagai Great Man Theory, yaitu pemimpin dilahirkan dengan berbagai sifat seorang pemimpin dan kemudian menjadi ‘orang besar’ yang bisa menggerakan banyak orang untuk melakukan perubahan. Kelompok pertama ini adalah kelompok yang percaya bahwa pemimpin dilahirkan bukan dibentuk.
Sejak 1900 an, muncul kelompok teori yang kedua, yang melihat efektivitas kepemimpinan berdasarkan sifat. Sifat atau karakteristik, seperti kecerdasan, enerji, persistensi, bahkan tinggi badan, dinilai akan menentukan apakah seorang berhasil sebagai pemimpin atau tidak. Berbagai penelitian dilakukan untuk mencoba menemukan sifat utama diantara berbagai sifat tersebut, yang dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
Karena kesulitan untuk menemukan sifat penentu yang terkait dengan kepemimpinan efektif, maka era 1950-an ditandai dengan beralihnya fokus teori kepemimpinan pada perilaku pemimpin. Peneliti mencoba mencari perilaku apa yang akan menentukan keberhasilan pemimpin.
Ketika aspek sang Pemimpin saja dirasa tidak cukup untuk menjelaskan keberhasilan kepemimpinan, maka fokus bergeser kembali. Keleompok teori keempat ini mulai melihat variabel-variabel situasional dan kontekstual yang menyebabkan kepemimpinan bisa berjalan dengan baik. Pemimpin yang efektif adalah yang bisa menyesuaikan kepemimpinannya dengan situasi yang ada. Inilah yang disebut dengan kelompok teori Situational/Contigency.
Bisa dibilang keempaat cara pengelompokan di atas adalah pengelompokan yang paling sering kita temui dalam pembahasan teori kepemimpinan. Setelah keempat pembagian tersebut, berbagai buku teks umumnya berbeda cara pengelompokan. Richard L Daft, dalam buku teks-nya, The Leadership Experiences, menambahkan 3 kelompok berikut di luar keempat tersebut, Influence Theories, Relational Theories & Emerging Leader Theories (hal. 24)
Sementar itu, John P. Dugan, dalam bukunya, Leadership Theory, Cultivating Critical Perspectives, selain menyebutkan ke-4 kelompok di atas, menambahkan Influence, Reciprocal, Chaos or System & Authentic (hal. 60). Menariknya, kemudian Dugan dengan penggunakan pendekatan Perspektif Kritis, melakukan pengelompokan baru dengan memperhatikan 3 hal berikut: person, purpose dan process. Dari 3 orientasi tersebut, Dugan mengeluarkan 6 kelompok teori: Person Centered Theories, Theories of Production & Effectiveness, Group Centered Theories, Theories of Transformation, Relationship Centered Theories dan Vanguard Theories (hal. 71)
Lalu bagaimana klasifikasi menurut MTOP? Kita akan bahas di tulisan berikut.
Referensi Utama:
The Leadership Experience (3rd Ed) by Richard L. Daft.
Leadership Theory, Cultivating Critical Perspective by John P. Dugan