Edisi 01, 02 Februari 2020
Inilah pertanyaan awal yang sering saya gunakan dalam membuka pelatihan kepemimpinan saya, apa yang perlu dilakukan seseorang untuk sukses dalam karir manajerialnya? Sukses dalam karir manajerial? Mengapa pertanyaan itu? Mengapa bukan Apa yang diperlukan untuk menjadi Pemimpin yang sukes, misalnya?
Justru disinilah menariknya pertanyaan ini. Pertama, ia langsung membawa kita pada setting organisasi. Karir manajerial mengacu pada tahapan karir di dalam organisasi yang berada dalam jajaran pemimpin. Sedangkan berbicara keberhasilan dalam memimpin bisa membuat kita mengacu pada berbagai seting kepemimpinan, organisasi, politik, dan lain-lain.
Kedua, ketika membandingkan perspektif dalam menjawab pertanyaan ‘sukses dalam karir manajerial’ dengan ‘ciri pemimpin yang sukses’, ternyata keduanya bisa membawa pada sudut pandang yang sangat berbeda. Yang pertama meletakan concern kita pada expectacy manajemen (sudut pandang manajemen), sedangkan yang kedua pada perspektif tim (sudut pandang tim).
Mana yang lebih penting sudut pandang pertama atau kedua? Dalam hemat kami, yang lebih penting adalah yang pertama karena beberapa alasan berikut ini: manfaat pemimpin bagi tim akan lebih besar kalau ia sukses mencapai berbagai target yang ditetapkan sehingga ia diakui dan dihargai Manajemen. Kedua, peningkatan kompetensi kepemimpinan Anda akan lebih fokus bila Anda menggunakan sudut pandang manajemen.
Menariknya, sebagian besar klas kepemimpinan saya tidak bisa menjawab dengan benar pertanyaan tersebut: ‘apa yang diperlukan untuk sukses dalam karir manajerial?’, yaitu ‘Kinerja’. Dengan kata lain berorientasi kinerja belum menjadi top of mind dari para pemimpin.
Kinerja adalah kriteria utama, kalau tidak bisa dikatakan satu-satunya kriteria obyektif yang bisa membawa orang sukses dalam karir manajerial. Tugas pertama pemimpin dalam organisasi adalah memastikan bahwa ia mencapai target yang telah ditetapkan. Dan upaya mencapainya, melalui proses pengelolaan kinerja memerlukan keterampilan tersendiri. Mulai dari menentukan target yang stretching secara bersama di awal periode. Memotivasi, memonitor dan melakukan coaching. Dan terakhir adalah melakukan evalausi kinerja.
Proses manajemen kinerja yang dilakukan dengan baik menjadi penentu efektivitas dan impactfull-nya leader. Ia juga menjadi basis yang sehat bagi relasi antara atasan dan tim. Dan menjadi sarana untuk atasan mendaki ke tingkat impact yang lebih tinggi.
Sangat strategis memang, karena itulah saya suka mengatakan keberhasilan pemimpin menjadi target oriented leader sudah membuat ia mencapai separuh dari keberhasilan dalam memimpin di organisasi. Banyak permasalahan di perilaku staf justru berasal dari tidak berhasilnya leader mengelola kinerja. Itulah sebabnya, MTOP Leader memulai dengan memahami bagaimana menjadi target oriented leader.