Worst Leader vs MTOP Leader

Worst Leader vs MTOP Leader

Edisi 05, 17 Februari 2020

Salah satu cara memahami definisi suatu hal adalah melihat apa yang bukan hal tersebut, karenanya di topik terakhir dari seri Pengantar MTOP Leader, saya ingin coba membuat perbandingan esktrim antara MTOP Leader dengan gambaran pemimpin yang sangat buruk.

                Coba kita bayangkan sejenak pemimpin dalam organisasi seperit apa yang paling buruk.  Dalam pengalaman saya berinteraksi dengan organisasi dan pemimpinnya, dalam perspektif saya yang terburuk adalah yang bermental ajudan.  Mereka yang menunggu perintah, tidak ada inisiatif padahal mereka sudah berada di posisi pemimpin, sudah mempunyai staf.

                Pemimpin seperti ini bisa tidak memahami cara bekerjanya organisasi, tidak tahu cara memimpin atau takut memimpin.  Ia mencari aman-nya saja.  Menunggu perintah sehingga merasa tidak akan disalahkan kalau yang jalur yang dipilih tidak benar.

                Bila kecenderungannya memang mencari selamat, maka pemimpin seperti ini akan cenderung plin-plan, tidak punya prioritas dan tidak fokus.  Ia hanya bergerak tergantung apa yang diminta oleh Bos nya saja.

                Saya ingat setelah suatu pelatihan Manajemen Waktu, ada seorang staf yang burn out, tidak ada semangat lagi untuk bekerja, karena pemimpinnya tidak pernah jelas apa yang menjadi prioritas pekerjaannya.  Kadang ia minta dilakukan pekerjaan A segera, sudah dilakukan dan dilaporkan by email, tetapi tidak ada tanggapan, baru beberapa bulan kemudian, mungkin karena ditanya Direksi, ia menanyakan lagi mengenai A.

                Pemimpin seperti ini memang akan membuat burn out staf nya karena staf nya hanya diperlakukan sebagai ajudan saja.

                Organisasi tentu tidak ingin memiliki pemimpin ‘yes man’ seperti ini.  Sayangnya budaya dan kepemimpinan di level atas pada sebagian organisasi justru mengarah pada membentuk pemimpin seperti ini.

                Mempunyai tim ajudan yang siap menjalankan perintah tanpa banyak tanya, bagi sebagian pemimpin memang mengasyikan.  Ia merasa memiliki kuasa yang besar dengan memiliki banyak ajudan di sekitarnya.  Ia biasanya baru akan kesal ketika sudah tidak punya waktu untuk memerintah dan mengarahkan.  Pada saat itu ia akan marah-marah dan memaki sifat tidak memiliki inisiatif tersebut yang sebetulnya mereka sendiri yang bentuk.

                Untuk menghindari terjadinya worst leader, salah satu cara paling efektif adalah memiliki sistem yang berfungsi dengan baik.  Untuk itu setiap orang di dalam organisasi perlu menghargainya dan bekerja dengan memperhatikan bekerjanya sistem.  Tidak mudah memang.  Tetapi sebetulnya itulah esensinya dibentuknya organisasi.

Leave a Reply

Close Menu