Edisi 19, 22 Juni 2020
Sumber: https://expertprogrammanagement.com/2019/05/blake-mouton-grid/
Pada kelompok teori yang pertama (lihat Diagram Venn di edisi 18), pembahasan mengenai teori kepemimpinan fokus pada Sang Pemimpin. The Great Man Theory dianggap sebagai ‘teori’ yang paling tua, yang intinya mengatakan pemimpin itu dilahirkan. Pemimpin yang baik terlahir dengan berbagai karakteristik tertentu, baik terkait aspek fisik (tinggi badan, postur tubuh, dan lain sebagainya) ataupun sifat (tegas, berani, dll).
Pada periode berikutnya, pendekatan tersebut semakin ditinggalkan karena dianggap tidak ilmiah dan tidak efektif. Fokus mulai beralih pada menelaah aspek relasi, faktor situasi, ataupun pendekatan-pendekatan lainnya. Asumsi yang dibangun adalah bahwa pemimpin yang mengandalkan karisma-nya untuk memimpin umumnya tidak efektif, karena ia tidak menyesuaikan pendekatannya terhadap tim dan situasi yang dihadapi.
Alasan lain dari ditinggalkannya teori kepemimpinan karismatik adalah karena pendekatan karisma bila disalahgunakan bisa mengakibatkan follower-nya melakukan sesuatu hal yang buruk. Contoh paling populer adalah Adolf Hitler. Karenanya kepemimpinan karismatik kadang dibedakan antara yang tidak etis dan etis atau yang negatif dan positif. Ciri yang membedakannya adalah kepemimpinan etis lebih menekankan pada tujuan bersama daripada kepentingan dirinya.
Konsep Kepemimpinan Karismatik pertama kali dicetuskan oleh Max Weber pada 1920-an, tetapi baru masuk ke dalam studi ilmiah mengenai kepemimpinan pada 1970-an. Secara umum Kepemimpinan Karismatik didefinisikan sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh besar pada pengikutnya. Pembahasan kepemimpinan karismatik dibahas baik dalam konteks kepemimpinan politik ataupun organisasi.
Pada awalnya Kepemimpinan Karismatik lebih sering dikaitkan dengan adanya bawaan lahir seseorang. Seperti Great Man Theory, ada orang yang sudah terlahir untuk menjadi pemimpin untuk melakukan perubahan. Semacam panggilan sejarah. Presiden pertama kita, Soekarno, bisa menjadi contoh dari pemimpin yang karismatik.
Namun, tentu dalam konteks organisasi membahas sesuatu yang ada secara bawaan tidak bermanfaat karena tidak ada perubahan yang kemudian bisa dilakukan. Penelitian terkait Kepemimpinan Karismatik pada 10 atau 20 tahun terakhir kemudian mulai berubah fokus pada bagaimana seoroang pemimpin bisa membangun pengaruh yang besar pada tim nya. Kepemimpinan Karismatik tipe kedua ini yang akan kita bahas berikut.